Selasa, 28 September 2010

Kesenian Jakarta (Ondel-Ondel)

Betawi merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun asing. Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa. Mereka adalah hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu.

Dalam bidang kesenian Betawi memiliki Gambang Kromong yang berasal dari seni music Cina, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi music Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis – Arab, Tanjidor yang berlatar belakang ke-Belanda-an, Ondel-ondel, Lenong dll. Orang Betawi juga mempunyai seni beladiri sendiri yaitu Silat, selain itu mereka mempunyai makanan dan minuman khas seperti kerak telor, bir pletok dll.

Betawi memiliki bahasa khas mereka, sebenarnya sama seperti bahasa Indonesia umumnya tetapi bedanya ada beberapa yang dig anti dengan huruf “E”, bahkan ada istilah mereka sendiri untuk menyebutkan sesuatu dalam bahasa betawi asli. Rumah khas betawi biasanya hanya beralaskan tanah dulunya ada juga yang berupa rumah panggung yang berisi ornamen-ornamen bangsa-bangsa asing yang pernah tinggal di Batavia dulu.

Jenis kesenian Khas Betawi yang masih sering dipakai masih banyak sekali sampai saat ini yaitu :

Ondel-Ondel

Ondel-ondel adalah pertunjukan yang sudah berabad-abad terdapat di Jakarta dan sekitarnya yang menjadi wilayah Betawi. Ondel-ondel memiliki karakteristik yang khas, ondel-ondel juga tergolong salah satu bentuk teater tanpa tutur, karena pada mulanya memang di jadikan personinifikasi leluhur atau nenek moyang, pelindung keselamatan kampong dan isinya.

Ondel-ondel yang menggambarkan laki-laki mukanya bercat merah dan yang perempuan bercat putih atau kuning. Ondel-ondel biasanya digunakan untuk memeriahkan arak-arakan , seperti mengarak penganten sunat dan sebagainya. Lazimnya dibawa sepasang saja, laki-laki dan perempuan, tetapi tergantung yang punya hajat/acara. Bahkan dalam perayaan-perayaan umum seperti ulang tahun hari kota Jakarta biasa pula dibawa beberapa pasang, sehingga menjadi arak-arakan tersendiri yang cukup meriah. Disamping untuk memeriahkan arak-arakan pada masa lalu biasa pula mengadakan pertunjukan keliling, “Ngamen”. Terutama pada perayaan-perayaan Tahun Baru, baik Masehi maupun Imlek.

Ondel-ondel berbentuk boneka besar dengan rangka anyaman bambu dengan ukuran kurang lebih 2,5 M, tingginya dan garis tengahnya kurang dari 80 cm. Dibuat demikian rupa agar pemikulnya yang berada didalamnya dapat bergerak agak leluasa. Rambutnya dibuat dari ijuk “duk” kata orang Betawi. Mukanya berbentuk topeng atau kedok, dengan mata bundar(bulat) melotot.

Pembuatan ondel-ondel dilakukan secara tertib, baik waktu membentuk kedoknya demikian juga pada waktu menganyam badannya dengan bahan bamboo. Sebelum pekerjaan dimulai, biasanya disediakan sesajen yang diantara lain berisi bubur merah putih, rujak-rujakan tujuh rupa, bunga-bungaan tujuh macam dan sebagainya, disamping itu sudah pasti dibakari kemenyan. Demikian juga ondel-ondel yang sudah jadi, biasa pula disediakan sesajen dan dibakari kemenyan, desertai mantera-mantera ditujukan kepada roh halus yang dianggap menunggui ondel-ondel tersebut. Sebelum dikeluarkan dari tempat penyimpanan, bila akan main, senantiasa diadakan sesajen. Pembakaran kemenyan dilakukan oleh pimpinan rombongan, atau salah seorang yang dituakan. Menurut istilah Betawi upacara demikian disebut “Ukup” atau “Ngukup”.

Sebenarnya masih banyak kesenian-kesenian Betawi yang unik namun berhubung dengan berjalannya waktu dan masyarakat Betawi juga sudah terpinggir, banyak kesenian-kesenian Betawi yang terancam punah walaupun pada saat ini masih ada orang yang sering melaksanakannya untuk mempertahankannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar